natalinpahanWajah cantiknya tiba-tiba merah, tatkala ia mulai menceritakan kisah hidupnya yang pahit. Bibirnya bergetar, matanya pun mulai terlihat berkaca-kaca. Awalnya, semuanya begitu indah dan memesona. Tapi, perasaan bersalah terus membelenggu hidupnya selama delapan tahun terakhir ini. Ia bahkan tak pernah bisa melupakan bayang-bayang dosa yang pernah dilakukan terhadap putri cantiknya. “Saya trauma dengan pisau operasi. Setidaknya itu pernah saya alami saat melahirkan anak pertama, di mana saya tidak bisa melahirkan dengan normal dan harus di cesar. Pengalaman ini membuat saya begitu takut dan tidak mau lagi bersentuhan dengan pisau operasi,” ucap Natalin Florentin, penyanyi pendatang baru yang baru merilis album pemulihan Yesus Jaminan Yang Pasti mengawali perbincangan dengan GAHARU. Bungsu dari lima bersaudara yang lahir dari pasangan Rusmini Usop dan Wenfrid Simon Rambing ini akhirnya sukses melahirkan anak sulung berjenis kelamin laki-laki. Kebahagiaanpun memancar di wajahnya, karena sang bayi lahir dengan tubuh normal dan tak bercacat.

Setelah anak pertama lahir ia meminta suami untuk menunda mengandung anak kedua. Sang suami pun setuju. Tapi, kejadian diluar dugaan terjadi. Natalin hamil lagi. Tentu ini membuatnya kebingungan.”Disinilah pangkal persoalan hidup saya. Karena panik dan takut, saya bilang sama suami agar janin yang ada di kandungan saya ini digugurkan. Suami saya setuju-setuju saja. Saya datang ke dokter dan dikasih tiga butir obat untuk menggugurkan kandungan itu. Dari tiga butir itu, saya disarankan agar minum satu butir saja, yang dua butir lainnya disimpan. Menurut dokter satu butir saja itu sudah bisa merontokan janin. Tapi, setelah saya minum obat itu tak bereaksi sama sekali. Saya telepon lagi dokter dan ia mengatakan, kok kuat sekali kandunganmu. Saya coba mencari dua butir sisa, ternyata sudah tidak ada, mungkin jatuh di bus. Sudah, sampai disitu tidak ada berita lagi. Perasaan saya mulai limbung, karena tak berhasil menggugurkan kandungan,” paparnya. Saat dirinya dalam ketidakstabilan ia melihat seorang ibu yang memiliki anak cacat. Ia mulai merasa ketakutan sekali. “Saya berpikir saya sudah minum obat itu, tapi gagal. Lalau timbul perasaan, bahwa anak ini akan lahir cacat terus membayangi, karena efek samping dari obat itu. Sudah takut pisau operasi ditambah lagi takut anak ini cacat. Maka lengkaplah sudah penderitaan saya. Singkat cerita dengan pertolongan Tuhan anak ini akhirnya lahir normal dan cantik,” cetus isteri tercinta Leonard S Ampung Pahan ini sambil tersenyum.

Anak yang tak diinginkan itu akhirnya hadir di tengah-tengah keluarga. Namanya Vania Elora. Ketika ia tumbuh besar, Natalin mengaku bisa mebedakan mana anak yang tertolak dan tidak. “Vania agak keras kepala dan suka memberontak. Beda dengan kakaknya. Saya menyadari semua karena kesalahan saya yang telah menolaknya. Karenanya acap kali dia bermain, saya selalu didakwa oleh iblis, itu anak yang kamu tolak. Dalam keadaan bermain pun bayang-bayang pemberontakan Vania terus menghantui saya. ‘Mama jahat, mama jahat’ begitu kata-kata itu terus menuding saya. Delapan tahun saya bergumul dengan masalah ini. Saya tidak tahu harus bagaimana, sebab ketika saya mau menggugurkan kandungan saya dan suami sama sekali tidak tahu kalau itu dilarang agama. Habisnya, tidak ada yang memberi masukan sih,” ucapnya jujur. Persoalan ini menjadi anti klimaks ketika ia melakukan perjalanan ke Israel bersama suami dan kedua anaknya. Dalam sebuah kesempatan ia berdoa, dan mendengar suara agar dia mengatakan yang sebenarnya kepada Vania. “Hal ini sebenarnya sudah lama ingin saya lakukan. Tapi, saya selalu menundanya, pertimbangannya karena dia masih belum cukup umur. Tapi, suara itu terus saja memaksa saya untuk berbicara yang sebenarnya. Akhirnya, dalam sebuah kesempatan bersaksi, entah siapa yang menggerakkan, tiba-tiba saya maju ke depan dan menceritakan yang sesungguhnya kepada Vania. Maka, pecahlah kesunyian, Vania berteriak histeris dan memukuli saya sambil mengatakan mama jahat…mama jahat…! Saya tidak tahu harus berbuat apa. Vania menangis sejadi-jadinya dan matanya menatap saya dengan penuh kebencian. Saya pun tidak bisa menyembunyikan rasa sedih saya, tetapi terus terang waktu itu saya plong, beban saya seketika itu hilang,” jelasnya dengan mata berkaca-kaca.

Pemulihan pun terjadi. Pdt. Hendro Suriyanto yang mengawal rombongan itu akhirnya melayani Vania, sementara istrinya melayani Natalin. “Akhirnya kami dipertemukan. Vania sambil menangis memeluk saya dan mengatakan maaf. Rupanya, ia sudah bisa memahami posisi saya waktu itu. Akhirnya kami dipersatukan kembali dan menerima pemulihan. Puji Tuhan jika saat ini Vania benar-benar berubah dan nampak begitu sayang sama saya. Acap kali saya pergi, dia selalu berkomunikasi. Berbeda dengan dulu yang selalu masa bodoh. Saya percaya ini adalah cara Tuhan untuk memulihkan kami. Karenannya sebagai ungkapan rasa syukur saya membuat album pemulihan Yesus Jaminan Yang Pasti ini. Saya meyakini album ini akan menjadi berkat bagi yang mendengarnya. Saya berharap Tuhan menaruh hati kepada saya untuk tetap berada di jalan-Nya, yakni melayani untuk menjadi berkat bagi banyak orang,” simpulnya sambil menginformasikan bahwa albumnya diedarkan oleh Maranatha records. DS

Tambahan:
Ibu Natalin Frontlin sewaktu di Pangkalan Bun pernah dilayani dalam pelayanan Suara Kenabian namun berhubung kepindahan ikut tugas suami ke Palangkaraya maka komunikasi pun terputus. Puji Tuhan akhirnya setelah melalui pergumulan doa yang panjang, masalah yang harus ditanggung pun terselesaikan.

No comment

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *