Nats: 2 Kor 4:16-18, Luk 4:1-13

Dalam renungan awal minggu bersama teman-teman kantor tadi pagi ada 1 fakta menarik yang saya amati. Dari gereja yang berbeda-beda, ternyata masing-masing dari kami mendapat ayat dan kotbah mengenai “bertahan dalam iman/pencobaan”.  Saya agak deg-degan juga menyadari hal tersebut. Mengapa ya kok Tuhan mengatakan pada kami semua anak-anakNYA untuk bertahan? Apakah karena DIA mempersiapkan kami atas sesuatu yang DIA tahu akan datang yang tidak ringan? Wadduuuuhhh…… Kata “bertahan” saja sudah menggiring pemikiran kita pada situasi yang “tidak biasa”. Sebab jika kondisi normal, nyaman dan tentram, mengapa kita harus bertahan??  Bertahan juga berarti harus berani membayar harga. Ketika situasi sangat menyesakkan karena Tuhan masih menjawab “tunggu” pada doa-doa kita, maukah kita bertahan untuk tetap percaya pada kebesaran kuasaNYA walau kekuatan kita terasa tersisa bak sehelai rambut??  Ketika kita menangis sementara sekeliling kita tertawa, maukah kita bertahan untuk mempercayakan hidup kita hanya pada DIA dan tidak tergoda dengan rumput tetangga yang terlihat lebih hijau??  Ketika situasi bergerak maju, maukah kita bayar harga dengan meninggalkan hal yang lama dan terbuka pikiran untuk menerima hal2 baru agar kita bisa maju mengikuti dalam perubahan tersebut??

Bertahan, bahkan terasa semakin berat ketika terjadi dalam situasi yang tak menentu.  Namun belajar dari Paulus, dia tidak tawar hati ketika menghadapi segala tantangan iman karena dia:

1. Mengandalkan kekuatan Tuhan, sehingga penderitaannya terasa sebagai “penderitaan ringan”

2. Mengingat kemuliaan kekal sebagai hal yang jauh lebih besar dari apapun juga, termasuk dari penderitaan besar saat ini

3. Selalu memperhatikan yang tidak kelihatan, yaitu yang kekal di surga

4. Meneladani Tuhan Yesus yang juga bukannya tak pernah mengalami masa sulit, menekan, dan pennuh pencobaan, namun selalu mengandalkan Firman Tuhan dalam mengatasinya dan menang!

Mari bertahan dalam iman, agar kita berhasil memperoleh upah yang dijanjikan bagi kita. Pandang Tuhan yang sudah disalib bagi kita, dan semua akan terasa lebih berarti untuk dilewati dan diatasi.

Annie Soeharto

No comment

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *